Rabu, 05 Desember 2012

SURO

LEGENDA BULAN MUHARRAM

Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari ‘Asyura Nabi Adam diciptakan, Nabi Nuh as di selamatkan dari banjir besar, Nabi Ibrahim dilahirkan dan Allah Swt menerima taubatnya. Pada hari ‘Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari ‘Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama se
kali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari ‘Asyura.

Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari ‘Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhammad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari ‘Asyura tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari ‘Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari ‘Asyura.

Bid’ah Di Bulan Muharram

Selain legenda dan mitos yang dikait-kaitkan dengan Muharram, masih sangat banyak bid’ah yang jauh dari ajaran Islam. Lebih tepat lagi bahwa bid’ah tersebut merupakan warisan ajaran Hindu dan Budha yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang mengaku dirinya sebagai penganut aliran kepercayaan. Mereka lebih dikenal dengan sebutan Kejawen.

Dari segi sistem penanggalan, memang penanggalan dengan sistem peredaran bulan bukan hanya dipakai oleh umat Islam, tetapi masyarakat Jawa juga menggunakan penanggalan dengan sistem itu. Dan awal bulannya dinamakan Suro. Pada hari Jum’at malam Sabtu, 1 Muharram 1428 H bertepatan dengan 1 Suro 1940. Sebenarnya penamaan bulan Suro, diambil dari ’Asyura yang berarti 10 Muharram. Kemudian sebutan ini menjadi nama bulan pertama bagi penanggalan Jawa.

Beberapa tradisi dan keyakinan yang dilakukan sebagian masyarakat Jawa sudah sangat jelas bid’ah dan syiriknya, seperti Suro diyakini sebagai bulan yang keramat, gawat dan penuh bala. Maka diadakanlah upacara ruwatan dengan mengirim sesajen atau tumbal ke laut. Sebagian yang lain dengan cara bersemedi mensucikan diri bertapa di tempat-tempat sakral (di puncak gunung, tepi laut, makam, gua, pohon tua, dan sebagainya) dan ada juga yang melakukan dengan cara lek-lekan ‘berjaga hingga pagi hari’ di tempat-tempat umum (tugu Yogya, Pantai Parangkusumo, dan sebagainya). Sebagian masyarakat Jawa lainnya juga melakukan cara sendiri yaitu mengelilingi benteng keraton sambil membisu.

Tradisi tidak mengadakan pernikahan, khitanan dan membangun rumah. Masyarakat berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa sial dan malapetaka bagi diri mereka.

Melakukan ritual ibadah tertentu di malam Suro, seperti selamatan atau syukuran, Shalat Asyuro, membaca Doa Asyuro (dengan keyakinan tidak akan mati pada tahun tersebut) dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah tersebut merupakan bid’ah (hal baru dalam agama) dan tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam maupun para sahabatnya. Hadist-hadits yang menerangkan tentang Shalat Asyuro adalah palsu sebagaimana disebutkan oleh imam Suyuthi dalam kitab al-La’ali al-Masnu’ah.

Tradisi Ngalap Berkah dilakukan dengan mengunjungi daerah keramat atau melakukan ritual-ritual, seperti mandi di grojogan (dengan harapan dapat membuat awet muda), melakukan kirab kerbau bule (kiyai slamet) di keraton Kasunan Solo, thowaf di tempat-tempat keramat, memandikan benda-benda pusaka, begadang semalam suntuk dan lain-lainnya. Ini semuanya merupakan kesalahan, sebab suatu hal boleh dipercaya mempunyai berkah dan manfaat jika dilandasi oleh dalil syar’i (Al Qur’an dan hadits) atau ada bukti bukti ilmiah yang menunjukkannya. Semoga Allah Ta’ala menghindarkan kita dari kesyirikan dan kebid’ahan yang membinasakan.

Menyikapi berbagai macam tradisi, ritual, dan amalan yang jauh dari ajaran Islam, bahkan cenderung mengarah pada bid’ah, takhayul dan syirik, maka marilah kita bertobat kepada Allah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah di bulan Muharram seperti puasa. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘Asyura menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَن صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Dari Abu Qatadah RA. Rasulullah ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat.” (HR. Muslim).

Demikian bayan dari Pusat Konsultasi Syariah Indonesia tentang keutamaan bulan Muharram, sebagai panduan umat Islam untuk mengisi bulan Muharram. Wallahu ’alam bishawwab.

Rumah Adat Jawa

RUUMAH ADAT JAWA

Masyarakat Jawa dengan faham jawanya (“kejawen”) sering dianggap sebagai masyarakat yang hidup dalam suasana kepercayaan primitif, yang memilki sifat-sifat khusus, seperti: mempertahankan suasana hidup selaras (harmonis) dengan lingkungan kehidupan disekitarnya, yang meliputi: keselarasan hubungan antara manusia dan sesamanya (hubungan antara “kawulo” dan “gusti”), serta hubungan
antara manusia dengan lingkungan alam disekitarnya (hubungan antara “microcosmos” dan “macrocosmos”). Kebutuhan hidup manusia Jawa, dapat disederhanakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: “pangan”, “sandang” dan “papan”.Adapun makna kebutuhan pangan bagi masyarakat Jawa disatu sisi adalah tuntutan akan fisik, sedangkan disisi lain, adalah tuntutan metafisik, seperti: spiritual, rohaniah dan simbolik. Selanjutnya orang Jawa membutuhkan sandang untuk memberikan pengamanan kejiwaan (rasa) dan melindungi diri dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan alamiah maupun sosial. Sedangkan kebutuhan akan “papan”, bagi orang Jawa diartikan sebagai kebutuhan akan: “longkangan” (ruang), “panggonan” (tempat untuk menjalani kehidupan), “panepen” (tempat kediaman /”settle -ment”) dan “palungguhan” (tempat duduk/berinteraksi). Selain itu rumah juga mempunyai arti sebagai perlambang bahwa dirinya telah berhasil dalam kehidupan di dunia atau telah mantap kedudukan sosial ekonominya.

Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri
2. Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.

Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi:
1. Rumah Bentuk Joglo
2. Rumah Bentuk Limasan
3. Rumah bentuk Kampung
4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub
5. Rumah bentuk panggang Pe

Bangunan Tradisional Joglo.
Ciri khas atap joglo, dapat dilihat dari bentuk atapnya yang merupakan perpaduan antara dua buah bidang atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapesium, yang masing-masing mempunyai sudut kemiringan yang berbeda dan tidak sama besar. Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan selalu lebih tinggi serta diapit oleh atap serambi. Bentuk gabungan antara atap ini ada dua macam, yaitu: Atap Joglo Lambang Sari dan Atap Joglo Lambang Gantung. Atap Joglo Lambang Sari mempunyai ciri dimana gabungan atap Joglo dengan atap Serambi disambung secara menerus, sementara atap Lambang Gantung terdapat lubang angin dan cahaya. Menurut Dakung (1987) terdapat beberapa variasi bentuk bangunan
Joglo diantaranya adalah:
(1). Joglo Lawakan,
(2). Joglo Sinom,
(3). Joglo Jompongan,
(4). Joglo Pangrawit,
(5). Joglo Mangkurat,
(6). Joglo Hageng dan
(7). Joglo Semar Tinandhu.
Joglo Limasan, Joglo Semar Tinandhu, Joglo
Sinom, Joglo Jompongan dan Joglo Pangrawit banyak dipakai rakyat biasa, sedangkan Joglo Mangkurat, Joglo Hageng dan Joglo Semar Tinandhu banyak dipakai kaum bangsawan, maupun abdi dalem keratin (pegawai keraton).

Joglo Semar Tinandhu.
Joglo Semar Tinandu (semar diusung/semar dipikul) diilhami dari bentuk tandu. Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan, dengan ciri- ciri :
* Denah berbentuk persegi panjang
* Pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur dipasang umpak yang sudah diberi purus wedokan, umpak ini nantinya akan disambung dengan tiang saka.
* Memakai 2 saka guru sebagai tiang utama yang menyangga atap brunjung dan 8 saka pananggap yang berfungsi sebagai penyangga yang berada diluar saka guru. Bagian bawah tiap saka diberi purus lanang untuk disambung ke purus wedokan dan diperkuat dengan umpak
* Terdapat 2 pengeret sebagai penyangga balok tandu
* Memiliki tumpang 3 tingkat yang ditopang balok tandu
* Atapnya memiliki 4 jenis empyak yaitu; empyak brunjung, empyak cocor pada bagian atas dan empyak penanggap serta empyak penangkur dibagian bawah.
* Pada atap terdapat molo
* Menggunakan usuk rigereh, usuk yang pada bagian atas bersandar pada dudur sedangkan bagian bawah bertumpu pada balok pengeret dan dipasang tegak lurus.
* Biasanya digunakan untuk regol ( pintu masuk)
Karena tiang utama/saka guru pada joglo ini tergantikan oleh tembok sambungan, maka ruang di bawah atap yang lebih tinggi mempunyai besaran ruang sebatas di besaran uleng saja. Udara yang ada masih terpengaruh udara luar, namun terasa lebih sejuk karena ada kemiringan atap yang memberikan perbedaan udara antara ruang luar dengan ruang di dalam joglo.
Pada joglo semar tinandu ini udara bergerak secara lurus melalui celah diantara dua tembok sambungan. Pergerakan udara terjadi secara leluasa, langsung pada bagian tengah joglo ini, karena tidak terhalang oleh tembok, namun pada bagian samping kanan dan kiri, udara tidak bisa mengalir ke sisi sebelahnya, karena terhalang oleh tembok sambungan yang sampai ke puncak joglo. Udaara kembali bergerak ke bawah melewati celah menuju ruang di sebelah tembok sambungan, dan mengalir ke berbagai arah.

Joglo Lambang Sari
Joglo Lambangsari merupakan joglo dengan sistem konstruksi atap menerus. Bentuk ini paling banyak dipakai pada bangunan tradisional jawa.

Bentuk joglo yang menggunakan lambangsari, dengan ciri- ciri :
* Bentuk denah persegi panjang
* Memakai pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah diberi purus wedokan.
* Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk ruang pamidangan yang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap yang menyangga atap pananggap (tiang pengikut), masing-masing saka ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus
* Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar dan pengeret dilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.
* Menggunakan tumpang dengan 5 tingkat. Balok pertama disebut pananggap, balok ke dua disebut tumpang, balok ke tiga dan empat disebut tumpangsari, dan balok terakhir merupakan tutup kepuh yang berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.
* Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada 2 (uleng ganda)
* Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan.
* Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan : brunjung dan cocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di bagian bawah
* Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan dudur.
* Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau memusat ke molo. Joglo ini juga tidak memiliki emper

penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang bertingkat-tingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri. Saat manusia berada pada rumah joglo paling pinggir, sebagai perbatasan antara ruang luar dengan ruang dalam, manusia masih merasakan hawa udara dari luar, namun saat manusia bergerak semakin ke tengah, udara yang dirasakan semakin sejuk, hal ini dikarenakan volume ruang di bawah atap, semakin ke tengah semakin besar. Seperti teori yang ada pada fisika bangunan,
Efek volume sebenarnya memanfaatkan prinsip bahwa volume udara yang lebih besar akan menjadi panas lebih lama apabila dibandingkan dengan volume udara yang kecil.
Saat manusia kembali ingin keluar, udara yang terasa kembali mengalami perubahan, dari udara sejuk menuju udara yang terasa diluar ruangan. Dapat dilihat kalau penghawaan pada rumah joglo, memperhatikan penyesuaian tubuh manusia pada cuaca disekitarnya.
Sistem penghawaan pada joglo lambangsari ini, seperti pada sistem penghawaan joglo pada umumnya, angin/udara bergerak sejajar, di seluruh ruang terbuka, pada bagian ruang bagian tengah, yang dibatasi tiang utama/saka guru, udara bergerak ke atas, namun kembali bergerak ke bawah. Hal ini terjadi karena joglo lambangsari tidak memiliki lubang ventilasi, karena memang di desain untuk atap menerus.

Sistim Struktur
Sistim struktur bangunan Joglo, menurut Saragih (1983) 14) dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
(1). Sistim Struktur Rangka Utama dan
(2). Sistim Struktur Rangka “Pengarak” (Pengikut).
Sistim Rangka Utama Bangunan Joglo terdiri atas tiga bagian, yaitu: “Brunjung”, “Soko Guru” dan “Umpak”.

Pondasi
Pondasi atau “umpak” yang ditinggikan 70cm menggunakan cor beton dan difinish dengan batu wonosari dimaksudkan sebagai cermin bangunan ini berasal. Ciri khas dari pondasi ini adalah tampilan dan posisi pondasi yang berada diatas tanah bukan berada di dalam tanah. Pondasi ini dapat terlihat dengan mata telanjang.

Gebyong
Gebyog merupakan dinding rumah yg terbuat dari kayu. Gebyog memberikan rasa sejuk disiang hari , dan hangat di malam hari. Gebyog yang di gunakan untuk Omah Limasan ( dalem) dibuat dengan motif ukiran Kudus, buatan baru dari kayu tua/lama. Kerangka Gebyog menyatu dengan konstruksi bangunan.

Tiang
Rumah Joglo mempunyai 16 buah tiang atau kolom sebagai penopang konstruksi atap yang terdiri dari 4 buah “saka guru” dengan masing masing tiang berukuran (15cm x 15cm) dan 12 buah tiang emper masing-masing berukuran (11cm x 11cm), serta mempunyai 5 buah “Blandar Tumpang Sari” lengkap dengan “kendhit”atau “koloran” yang berfungsi sebagai balok penyiku konstruksi utama bangunan tersebut. Keseluruhan bangunan asli menggunakan material struktur kayu jati dan mempunyai ukuran 8,4 m x 7,6 m.
Masing-masing tiang memiliki nama sesuai dengan letaknya pada bangunan tersebut. Satu atau beberapa tiang yang menyokong atap yang paling tinggi disebut soko guru, tiang yang letaknya lebih luar dari soko guru adalah soko rowo, sedangkan tiang yang menyokong atap bagian paling luar disebut soko emper.
Selain itu, ada beberapa tiang yang digunakan untuk jenis bangunan beratap joglo yang lainnya, yaitu soko bentung, yang letaknya menggantung di antara bagian atap paling atas dengan atap di bawahnya. Sementara itu, soko santen adalah tiang yang tidak langsung menyokong atap, tapi menyokong gelagar panjang pada bangunan besar beratap joglo.

Atap
Atap berbentuk joglo banyak menggunakan material kayu, mulai dari kayu polos sampai kayu yang penuh ornamen. Hal ini mengakibatkan beban yang harus disalurkan untuk sampai ke tanah oleh masing-masing soko cukup berat. Sebenarnya beban yang dipikul oleh soko dapat dihitung, yaitu dengan cara mengetahui luas area penutup atap yang disokong oleh masing-masing soko. Luas area tersebut kemudian dikalikan dengan beban atap per meter persegi, sehingga didapat beban atap yang harus dipikul oleh masing-masing soko atau tiang. Akibatnya, jumlah beban yang disalurkan oleh soko tersebut harus lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tanah per sentimeter persegi. Bila beban yang disalurkan oleh soko lebih besar dari tegangan tanah, maka pondasi akan melesak.
Rangka Atap Joglo dibentuk oleh beberapa elemen bangunan, yaitu: (1). Reng, (2). Usuk, (3). “Molo”, (4). “Ander”, (5). “Dudur” dan (6). “Blandar”. Sedangkan Tumpang Sari adalah balok-balok yang disusun dengan teknik tumpang, dan berfungsi untuk mendukung berat atap. Tumpang Sari dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: Bagian sayap (“elar”) dan Bagian dalam (“ulen”).

Sunan Kalijaga

Kisah Wali Songo : Biografi dan Kisah Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga, merupakan “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki

sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai ” penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.

Bangkitlah

BANGKIT SEGERA!!!
jgn hanya diam dan tak berbuat apapun,...ayo MULAILAH jgn hanya MENUNGGU dan selalu menyakan kapan...bagimana...dan hanya UANG ....UANG...namun belum fokus dan ACTION LBH GILA UNTUK BERANI MENJADI YG BERBEDA

; BANGKITLAH! SETIAP ORANG PASTI PERNAH GAGAL, YANG PENTING ANDA HARUS BANGKIT

> Kegagalan itu hal biasa. Kalau aku tidak mau bangkit itu yang luar biasa, karena meremehka
n diriku sendiri yang punya kekuatan.

> Aku siap dan berani untuk menghadapi saat harus gagal. Karena setelah itu pasti ada jalan untuk sukses.

> Dengan adanya kegagalan, justru membuat aku semakin kuat dan bergairah pada kesuksesan.

> Tidak ada waktu bagiku untuk meratapi dan menyesali pada kegagalan, capek deeh. . . !

> Aku punya roh kebangkitan, bukan roh yang lumpuh, sebab itu aku takkan tenggelam dalam kegagalan.

> Kegagalan-kegagalan yang datang padaku
semakin akan membuat aku antusias untuk bangkit, karena aku tahu kesuksesan akan segera datang.

# Tuhan. . . Aku percaya saat aku terjatuh dan menderita , Engkau akan datang dan mengangkatku. Terimakasih Tuhan, sebab itu lah sampai hari ini aku tetap dapat berdiri tegak mengadapi kegagalan yang aku alami.

Minggu Kedua
TANAMKAN KEYAKINAN DIRI
; TIDAK ADA PANDANGAN YANG LEBIH MENYEDIHKAN DARIPADA ORANG MUDA YANG PESIMIS
~ Mark Twain ~

> Aku pasti dapat dan bisa meraih kesuksesan.

> Aku harus bisa merubah sifat-sifat burukku dengan disiplin.

> Kalau aku ada kemauan, apapun aku bisa .

> Aku tidak akan kalah dan terpuruk , walau seberat apapun masalah yang aku hadapi.

> Setiap langkahku pasti dan percaya diri dalam menghadapi setiap persoalan.

> Aku pasti bisa menjadi pemenang dalam pertarungan hidup ini. Siapa takut!

# Tuhan. . .jadikanlah aku sebagai manusia yang selalu memiliki optimisme dan pikiran-pikiran yang positif dalam setiap langkah hidupku . Aku yakin karena selalu bersamaMU.

Minggu Ketiga
HARUS PUNYA IMPIAN

; SEMANGAT MANUSIA TIDAK BISA DILUMPUHKAN.JIKA ANDA MASIH BISA BERNAPAS, MAKA ANDA MASIH BISA MEMPUNYAI IMPIAN
; _; mike brown _

* Setiap orang harus punya impian dalam hidupnya, dengan demikian barulah ada semangat dan harapan untuk diraih.
* Impian bukanlah untuk dikhayalkan dan dibicarakan, tapi untuk diraih dan dikejar dengan usaha, ketekunan dan kearifan.
* Walaupun mati dengan impian yang belum tercapai bukanlah bencana, tidak punya impian itulah malapetaka.
* Aku tidak akan pernah pudar semangatnya dalam setiap hal yang aku lakukan.
* Jangan pernah takut dan ragu untuk menggantung impian setinggi-tingginya, walau sampai menjangkau langit.
* Impianku hanya satu! Menjadi pemenang dalam hidupku!

;# Tuhansiapa yang dapat menghalangibila Engkau setia dan sumber kekuatanku dan kasihku?.;
;Tuhanaku akan terus berjalan bersama Engkau dalam meraih setiap hal yang aku impikan .

MINGGU KEEMPAT
TINGGALKAN MASA LALU YANG KELAM, UNTUK MASA DEPAN YANG CERAH
;
;; Masa lalu merupakan sebuah unggun api, bila anda ingin mempelajarinyan sesuatu darinya. Jika tidak, janganlah membuang waktu dengan merenunginya

;
_ ;;GEORGE WASHINGTON _

* Jangan pernah untuk meratapi dan menangis masa yang kelam dan yang sudah berlalu.
* Kalau ada kebaikan masa lalu, bawalah diatapi tinggalkanlah kalau hanya keburukan.
* Yang sudah berlalu adalah history, biarlah menjadi misteri, jangan catat lagi dalam diari.
* Tinggalkan masa lalu dengan kisah - kisah yang indah sebagai kenangan masa depan.
* Hari ini aku boleh kalah..tapi esok hari adalah hari-hari kemenanganku, dan kau tidak ada kesempatan untuk melihatnya lagi.
* Kutinggalkan beban - beban beratku di hari kemarin untuk menikmati kelegaan hari ini.

# Oh tuhanbiarkan masa laluku yang kelam dan menyedihkan hanyalah kenanganberi kekuatan hanya hidup untuk masa depan yang lebih cemerlang

Motivasi

JANGAN TAKUT MENGHADAPI HAL YANG BARU!
; UNTUK MENCAPAI SESUATU YANG BELUM PERNAH ANDA CAPAI SEBELUMNYA, ANDA HARUS MENJADI SESEORANG YANG BELUM PERNAH ANDA MENJADI SEBELUMNYA
; _ John C. Maxwell _
;

* Aku tak akan bosan dan selalu belajar dan bekerja, karena kebosanan mendatangkan kemalasan dan bencana dalam hidup.
* Seringkali suatu hal itu lebih sulit dalam bayangan dan pemikiran, seda

ngkan dalam kenyataannya lebih mudah. Jangan buat apa hanya dibayangkan dan dipikirkan?
* Aku tak perlu risau dan takut akan hal - hal yang belum terjadi, buat apa menakuti diri sendiri.
* Aku harus punya cita - cita dan tujuan, karena itu akan membuat aku lebih antusias dan bersemangat.
* Aku menciptakan masa depanku sendiri dengan cita -cita dan impian yang tinggi.
* Bila ada semangat dan kemauan, tujuan itu sudah nyata. Kemauan dan semangat harus ada selalu dalam diriku untuk memenangi pertarungan hidup ini.
* Aku selalu yakin dan percaya, bahwa aku dapat mencapai dan meraih apa yang aku inginkan.

;# TUHAN YANG SELALU AKU PERCAYA DAN TEMPAT AKU MENARUHKAN HARAPANAKU SELALU PERCAYA AKAN BERKAT - BERKATMU DALAM HIDUPKU YANG MELIMPAH SETIAP SAAT UNTUK AKU RA

TIDAK PANIK SAAT GAGAL, TIDAK SOMBONG SAAT SUKSES!
;
Kegagalan tidaklah terlalu buruk jika tidak menyerang jantung,
;Sukses itu baik - baik saja jika ia tidak sampai ke kepala
;_ GRANTLAND RICE _

* Bagiku gagal itu hal yang biasa saja, Dan sukses itu tidak luar biasa.
* Saat aku gagal, aku menegakkan kepalaku, tapi saat aku suksesaku menundukkan kepalaku.
* Kegagalan tidak akan membuat aku putus asa, dan kesuksesan tidak akan menimbulkan kesombongan padaku.
* Aku tidak takut pada kegagalan, yang aku takutkan adalah apabila tidak punya kemauan untuk bangkit. Oleh sebab itu, aku selalu meminta semangat dan kemauan dari Tuhan, bukannya dijauhkan dari kegagalan.
* Aku punya moto : Bila gagal, ingatlah tentang kesuksesan, tapi saat gagal, ingatlah akan kegagalan.
* Kesuksesan itu bukan untuk dibanggakan dan dimiliki sendiri, tapi adalah untuk dibagikan.

TAK BOLEH ADA PUTUS ASA!
;
SESEORANG BELUM BERAKHIR KETIKA IA DIKALAHKAN ..
MELAINKAN KETIKA IA BERHENTI
; ;;_ Richard Nixon _
;;

* Cinta boleh putus, keinginan boleh tak tercapai, harapan boleh musnah, tapi..putus asa tak boleh ada.
* Aku tidak akan berhenti berusaha dan pantang mundur, sebelum cita-cita dan tujuan ku tercapai.
* Aku boleh miskin dan tak punya apa-apa, tapi aku masih punya pusaka, yaitu semangat dan pantang menyerah.
* Kalau kekalahan itu adalah wajar, namun kalau tidak ada keinginan untuk menang itu yang tidak wajar, oleh sebab itu aku selalu ingin meraih kemenangan.
* Aku tidak akan dan tidak akan pernah untuk menyerah dalam menghadapi setiap percobaan dan rintangan yang datang menghimpit.
* Tuhan adalah sumber kekuatan dan kebangkitankuapa yang harus aku risau dan takutkan dalam setiap pertarungan hidupku?

;# Tuhanaku akan selalu datang dan bersujud kepadaMu untuk Berkat dan KasihMu yang begitu besarajar aku selalu untuk terus berjuang dalam menuju kesuksesan #

TEGAK DALAM KESULITAN DAN COBAAN!

; Pohon kayu yang bagus tidak tumbuh dengan mudah, makin kencang angin, makin kokoh pohonnya
;_ JW MARRIOT _
;

* Untuk mencapai kesuksesan itu perlu ketekunan dan kerja keras untuk meraihnya, dan aku akan melakukannya.
* Sebuah permata baru menjadi berharga dan bernilai tinggi, karena melalui sebuah proses pengasahan yang sulit dan menyakitkan.
* Ada kesulitan, hambatan dan cobaan, barulah ada kemajuan. Jadi berterimakasihlah bila mereka datang padaku!
* Semakin banyak kesulitan dan hambatan adalah hal yang baik dan berguna. Oleh sebab itu mereka tak perlu untuk ditakuti.
* Semua kesulitan dan hambatan yang datang padaku, akan kuterima dengan tangan terbuak dan senyuman, bagaikan seorang kawan lama.
* Agar aku dapat sukses dan menjadi seorang pemenang aku harus kuat dan berani untuk menghadapi semua rintangan. Maju terus, pantan mundur.

# Tuhanaku selalu menyandarkan diriku padaMu dalam setiap percobaan yang aku hadapi, karena Engkaulah sumber kekuatanku sepanjang masa hidupku .

Wayang


Wayang sebagai sebuah kesenian warisan nenek moyang yang telah ada secara turun-temurun sampai dengan generasi sekarang bukanlah sekadar tontonan hiburan yang tanpa nilai filosofi, melainkan dipercaya sebagai wewayangane ngaurip, yaitu “bayangan hidup manusia”. Dalam suatu pertunjukan wayang, dapat dipelajari dan direnungkan bagaimana kehidupan manusia itu dari lahir
hingga ajal tiba, perjalanan hidup manusia untuk berjuang menegakkan yang benar dengan mengalahkan yang salah. Dari pertunjukan wayang dapat diperoleh pesan untuk hidup penuh amal kebaikan guna mendapatkan kehidupan yang penuh makna. Wayang juga secara nyata menggambarkan konsep hidup sangkan paran ing dumadi, manusia berasal dari Sang Pencipta dan akan kembali kepada-Nya.

Dalam perjalanan sejarah wayang dan pewayangan di Nusantara dapat diketahui periodisasi wayang di Nusantara, periodisasi wayang di Nusantara dibagi ke dalam:

A. Periode I : 1500 ± SM (Sebelum Masehi) – 400 M

1. Bentuk : Wayang Lulang, gambar dari roh nenek moyang (bukan gambar nenek moyang) yang berwujud seperti bayang-bayangan orang.

2. Cerita : Menceritakan ajaran nenek moyang.

3. Fungsi : Magis – Religius

- Sebagai upacara agama atau kegiatan yang berkenaan dengan kepercayaan.

- Nenek moyang meyakini keberadaan “Hyang”.

- Kedatangan roh nenek moyang berwujud/dibayangkan sebagai bayangan untuk dimintai pertolongan/restu dimana untuk menerima kedatangan roh tersebut disediakan media/tempat yang disebut tahta-tahta batu.

4. Waktu : Di malam hari; dimana roh-roh sedang mengembara.

5. Tempat : Di rumah/ pekarangan atau di tempat yang dianggap suci.

6. Pelaksana : Dalang, kepala keluarga, dan orang yang dianggap “sakti”.

7. Bahasa : Jawa kuna (juiver Javaansch)

8. Kepustakaan : Diwariskan turun-temurun secara lisan (budaya tutur) dari generasi ke generasi berikutnya, dari dalang ke audience, murid, dll.



B. Periode II ± 400 M – 903 M dan dan Periode III ± 903 M – 1478 M

1. Bentuk : Wayang Purwa kulit (walulang ingukir dan wawayang buat Hyang)

a. Wayang daun rotal, 939 M.

b. ‘Pakeliran’ (Pakeliran berawal dari kata kelir. Istilah yang dipakai dalam dunia pewayangan yang artinya Layar) pada waktu itu telah mengalami kemajuan (abad XI M).

c. Punakawan yang yang mengawal satria mulai terdapat pada relief Candi Panataran (1197 – 1454 M), dan juga pada Gatot Kaca Sraya (1188 M; Abimanyu diikuti punakawan Durujah, Prasanta Punta).

d. Muncul gambar gunungan sebagai singget (pada Candi Jago; 1343 M).

e. Nama Semar baru terdapat pada kitab Sudamala/ Majapahit II (Candi Sukuh; 1440 M).

f. Wayang Beber Purwa (1361 – 1383 M).

g. Wayang Diprada/Disungging (1378 M).

2. Cerita : Ketika candi Prambanan dibuat (± 732 – 856 M) pertunjukkan wayang sudah sebagian (dan sebagian lagi masih dengan cerita mitos) menggunakan cerita Hindu/Ramayana dan Mahabarata versi Indonesia (Wayang Purwa) yaitu Ramayana dan Mahabarata yang telah diberi bercampur dengan muatan local.

Cerita-cerita pewayangan ini mulai ditulis dalam kepustakaan Jawa Kuna yang teratur dalam sebuah kitab pegangan, antara lain kitab Ramayana mulai ditulis tahun ± 903 M, menurut gaya dan cara menyusun ceritanya dapat diketahui bahwa telah ada pertunjukkan wayang pada tahun 907 sesuai dengan catatan yang tertera pada prasasti Balitung yang menyebutkan ; “Mawayang buat Hyang”, sebagian besar dengan dengan cerita Ramayana dan Mahabarata.

3. Fungsi :

- Sebagai upacara agama

- Alat pendidikan

- Media komunikasi

4. Kepustakaan : Pada zaman Kediri, Singosari,dan Majapahit, kesenian pewayangan mencapai titik puncaknya antara lain

a. Di Jawa Tengah:

- Lingga (Lambang Syiwa; 732 M), Candi Kalasan (Dewi Tara; 728 M), Candi Sari (778 M), Candi Sewu (800 M), Candi Bima, Arjuna, Semar (778 – 850 M), Borobudur (± 825 M), dan Prambanan sebagai pagelaran wayang secara permanen (856 M).

- Kitab Ramayana (903 M “Mawayang buat Hyang”).

b. Di Jawa Timur:

- Pemandian Jalatunda, di Tulungagung (± 977 M, Cerita Sayembara Drupadi).

- Gua Selamangleng, di Tulungagung (abad ke - X M, sebelum adanya punakawan).

- Jago Tumpang, di Malang (± 1343 M)

- Gua Pasir, di Tulungagung (± 1350, Arjuna Wiwaha Sudah diiringi punakawan gendut).

- Panataran, di Blitar (1197 – 1454 M; Sawitri, dimana Satiawan disertai Punakawan gendut).

- Tegalwangi, di Kediri (± 1370, Sudamala; dimana Sadewa diiringi punakawan Gendut/Semar dan Durga diikuti dua Raseksi).

- Kedaton, di Gunung Hyang (± 1370; Arjuna Wiwaha, Bomakawya).

- Candi Kecil, di Penanggungan (± XV M Rama, Bimasuci, Mintaraga, dan cerita Panji).

- Sukuh ( 1440; cerita Sudamala, cerita Garuda, Bhimasuci).

5. Kitab

- Agastyaparwa (Mpu Sendok 929 M – 947 M).

- Utara Kanda, Adhiparwa, Sabhwaparwa, Wirataparwa, Ud-Yogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasanaparwa, Mosalaparwa, Prasnatikaparwa, Swargarohanaparwa, Kunjara Karna (Dharmawangsa Teguh 991 M – 1017 M).

- Arjuna Wiwaha Kakawin (Mpu Kanwa 1019 M – 1042 M/ pada masa Airlangga).

- Kresnayana (Mpu Triguna 1140 M/ pada masa Prabu Warsajaya di Kediri).

- Sumanasantaka (Mpu Monoguna ± 1104 M/ pada masa Prabu Warsajaya).

- Smaradahana (Mpu Dharmaja ± 1130 M/ pada masa Prabu Kameswara di Kediri).

- Bhomakawya (Mpu Dharmaja ± 1130 M).

- Bharata Yudha (Mpu Sedah ± 1159 M dan Mpu Panuluh/ pada masa Jayabaya).

- Hariwangsa (Mpu Panuluh 1157 M).

- GatotKaca Sraya (Mpu Panuluh 1188 M).

- Wretasancaya (Mpu Tan Akung/ pada masa Ken Arok 1222 M).

- Negara Kretagama (Mpu Prapanca 1365 M/ pada masa Hayam Wuruk 1350 – 1389).

- Arjuna Wijaya (Mpu Tantular/ pada masa Hayam Wuruk).

- Sutasoma (Mpu Tantular/ pada masaHayam Wuruk).

- Parthayadnya (Hayam Wuruk/ Majapahit akhir).

- Dharnacunya (1340 M – 1418 M).

- Panji Anggraini (disalin oleh Abdi Manggala 1801 M).

- Tantu Panggelaran, Korawacrama, Dewa Ruci, Sudamala (Majapahit II).

- Hari Sraya (1574 M/ Kahuripan setelah Majapahit).

6. Waktu : Di malam hari dan siang hari untuk cerita Murwakala.

7. Pelaksana : Kepala keluarga, dalang, orang yang dianggap “sakti”, kadang oleh raja sendiri.

8. Tempat : Di rumah/ pekarangan atau tempat yang dianggap suci/istimewa.

9. Bahasa : Bahasa Kawi/ Jawa Kuna bercampur bahasa Sanskerta.

Pada zaman Majapahit II (± 1440) mulai ada kitab-kitab pewayangan Tamtu Panggelaran, Sudamala, Dewa Ruci, Korawa Crama dan sebagainya berbahasa Jawa Tengahan, sedang bahasa sehari-hari orangpun telah menggunakan bahasa Jawa Tengahan sebagai bahasa umum, tetapi bahasa Pujangga masih mempergunakan bahasa Kawi.



C.Periode IV tahun 1478 M – 1945 M

Periode ini dibagi menjadi dua : Pertama yaitu Tahun 1478 M – 1745 M pada saat pemerintahan Demak, Pajang, Mataram dan Kartasura; kedua, tahun 1745 – 1945 M sejak kedatangan Belanda (1680 M), Kartasura hingga Surakarta.

1. Bentuk : Boneka wayang pipih menyerupai bentuk bayangan (gestyleerd) seperti apa yang kita lihat sekarang.

a. Wayang Kulit Purwa disempurnakan bentuknya.

Cara pembuatan, warnanya, alat kelir, debog, blencong, dll disempurnakan dan disesuaikan dengan zaman baru agar tidak bertentangan dengan agama (sirna suci caturing Dewa = 1440 Saka = 1518 M) dan menambah jumlah wayang untuk wayangan semalam suntuk dengan alat musik Gamelan Slendro (± 1521 M), seorang Kyai Dalang membuat Gunungan dan perampokan (geni dadi surining jagad = 1443 Saka).

b. Wayang Kidangkencana dibuat (saliradwijo dadi raja = 1478 Saka = 1556 M).

c. Wayang Beber Gedog dibuat; dengan memakai Gamelan Pelog (wayang watu kinarya tunggal = 1486 Saka = 1564 M) dan wayang Gedog dibuat tahun 1465 Saka = 1563 M.

d. Bentuk Wayang Kulit disempurnakan dan jumlahnya ditambah dengan tokoh diantaranya: Bhatara Guru (± 1541 Saka) dan Buta Cakil pada (± 1522 Saka).

e. Wayang Kerucil dan Klitik untuk cerita Damarwulan (waktu tunggangane buta = 1571 Saka = ± 1648 M).

f. Wayang Tengul dari kayu untuk cerita Amir Hmzah, Omarmaya.

g. Wayang Purwa Kyai Pamukanya dibuat pada tahun (butalimo ngayak jagad = 1655 Saka = 1723 M).

h. Wayang Gedog Kyai Banjet (wayang misik rasaning widodari = 1656 Saka = ± 1729 M).

i. Wayang Purwa Kyai Mangu dibuat pada tahun (resi trus kawayang tunggal = 1687 Saka = 1765 M).

j. Wayang Orang mulai digelar ( 1687 Saka = ± 1760-an M).

k. Wayang Purwa Kyai Kanjut dibuat pada tahun (resi trus kawayang tunggal = 1687 Saka = 1765 M).

l. Wayang Purwa Kyai Jimat dibuat pada tahun (yakso sikoro angrik panggah = 1725 Saka = ± 1803 M).

m. Wayang Purwa Kyai Kadhung dibuat pada tahun ( wayang loro sabdaning noto = 1725 Saka = ± 1803 M).

n. Wayang Gedog Kyai Dewakaton dibuat pada tahun (tanpa guno panditaning praja = 1730 Saka = ± 1808 M).

o. Wayang Rama dibuat pada tahun (swareng pawoko giri rojo = 1737 Saka = 1810 M).

p. Wayang Purwa Kyai Sebet dibuat pada tahun (± 1850-an) di Mangkunegaraan.

q. Wayang Madya dibuat pada tahun (± 1850-an untuk cerita setelah Parikesit/ Judojono Gendrojono).

r. Wayang Golek dibuat pada tahun (± 1808 M) untuk cerita purwa di Jawa Barat.

s. Wayang Kuluk dibuat pada tahun (± 1830 M) untuk cerita kerajaan di Yogyakarta.

t. Wayang Dupara dibuat pada tahun (± 1830-an M) untuk cerita kerajaan dari Demak sampai dengan kerajaan Surakarta.

u. Wayang Wahana dibuat pada tahun (± 1920-an M) untuk cerita zaman sekarang dengan mengambil etika wayang purwa.

v. Wayang Kancil Perjoangan dibuat pada tahun (1925 dan 1943) untuk cerita binatang-binatang dan perjuangan.

w. Wayang Kaper yaitu wayang purwa kecil untuk permainan anak-anak.

x. Wayang Adam Marifat dibuat pada tahun (± 1940 M) untuk cerita dan olah tasawuf.

y. Wayang Jawa/Indonesia (1940) untuk cerita sejarah Indonesia misalnya: perang Diponegoro.

z. Wayang Kulit Menak, dibuat untuk cerita menak.

aa.Wayang Dobble untuk cerita ambiya.

2. Cerita : Babad, lakon pakem dan carangan, yaitu percampuran antara ephos Ramayana/ Mahabarata versi Indonesia dengan cerita Arab atau Islam, dimana pahlawan-pahlawan yang diceritakan dalam wayang/babad dianggap juga sebagai nenek moyangnya sendiri. Misalnya raja-raja di Jawa adalah keturunan raja-raja di pewayangan (Parikesit, Arjuna) dan raja-raja di pewayangan adalah keturunan Dewa-dewa. Sedangkan Dewa-dewa adalah keturunan nabi Muhammad dan nabi Adam.

3. Fungsi :

a. Alat komunikasi dan media pendidikan.

b. Pengetahuan seni – sastra – budaya.

c. Seni daerah klasik tradisional yang mempunyai unsure kejiwaan, dakwah dan sebagai warisan budaya leluhur.

d.Hiburan.

4. Waktu : Di malam hari, semalam suntuk, ada juga yang dilaksanakan di siang hari untuk cerita Murwakala dan perayaan tertentu.

5. Pelaksana : Dalang diiringi oleh gamelan slendro dan pelog.

6. Tempat : di rumah/ pekarangan atau tempat yang dianggap pantas.

7. Bahasa : Dari tahun 1478 M – 1715 M bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Tengahan dan tahun 1715 M – 1945 M).

8. Kepustakaan Periode IV tahun 1478 M – 1945 M

- Suluk Sukarsa, Suluk Wijil Nitisruti (Sipuhun Seda Krapyak 1601 M – 1613 M), Menak (Narawita 1715 M), Manik Maya, Ambiya, Kandha (Kartasura Pakubhuwana I/ II).

- Wiwaha Jawa (Pakubhuwana III ±1782 M), Arjuna Wiwaha, Ramayana Jarwa, Bharata Yudha, Panitisastra (Yasadipura 1725 M – 1735 M), Arjuna Sastra/ Lokapala (Yasadipura II 1805 M), Centini (Yasadipura II, Ranggatrasna, Tafsir Anom, Pakubhuwana VII), Jagalabilawa, Semar mbarang jantur, Sastramirudo (Kusumodilogo), Paramayoga dan Pustaka Raja (Ranggawarsita – Pakubhuwana IX) dsb.

D. Periode V Tahun 1945 – Sekarang

1. Bentuk : Boneka wayang yang pipih menyerupai bentuk bayangan (gestyleerd) seperti apa yang kita lihat sekarang dan juga boneka baru kontemporer dan pakeliran baru, misalnya :

a. Wayang Suluh Pancasila dan Perjuangan (± 1947 M) untuk cerita perjuangan kemerdekaan.

b. Wayang Wahyu (± 1969 M) untuk agama Katolik.

c. Wayang Golek Purwa Jawa (± 1965 M) untuk cerita Mahabarata khusus untuk anak dengan menggunakan bahasa Indonesia.

d. Wayang Sejati berbahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa.

e. Wayang boneka pak Kasur, bahasa Indonesia.

f. Wayang keluarga berencana, bahasa Indonesia.

g. Wayang Golek modern di Jawa Barat.

h. Wayang Golek di Medan.

i. Sampai saat ini, wayang purwa masih mendapat tempat pada sebagian masyarakat Indonesia, sedangkan pembuatannya terus dilakukan sebagai karya seni dan kerajinan tangan.

2.Fungsi : Wayang sebagai seni klasik tradisional yang memiliki:

a. Unsur/ nilai seni luhur.

b. Unsur/ nilai ilmu pengetahuan budaya dan sejarah.

c. Unsur/ nilai pendidikan dan komunikasi.

d. Unsur/ nilai simbolis, filosofis, mistis.

e. Hiburan.

3. Waktu : Di malam hari; semalam suntuk, dan ada juga yang digelar pada siang hari.

4. Pelaksana : Dalang dan umum (contohnya: Mahasiswa, pelajar, cendekiawan, aktifis, dsb).

5. Tempat : Di rumah-rumah, gedung pertunjukan, dsb.

6. Bahasa : bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, bahkan bahasa Inggris/ Asing.

7. Kepustakaan Periode V Tahun 1945 – Sekarang

Belum banyak ditulis atau dibangunkan kepustakaan wayang yang memadai. Ada penulisan dan adaptasi cerita, contoh: Gatot Kaca Sraya, Kakawin Bharata Yudha, Mahabarata (N.S. Pandit 1965), Ramayana (H. Patikto 1974), cerita bergmbar (Kosasih 1966), Renungan tentang pertunjukan wayang kulit, Dewa Ruci, Arjuna Wiwaha (Dr. Seno Sastroamijoyo 1962), dll hingga sekarang terus mengalami perkembangan.

ayat kursi

SEJARAH AYAT KURSI

Ayat ini diturunkan setelah hijrah. Semasa penurunannya ia
telah diiringi oleh beribu-ribu malaikat kerana kehebatan dan
kemuliaannya. Syaitan dan iblis juga menjadi gempar kerana adanya satu
perintang dalam perjuangan mereka. Rasullah s. a. w. dengan segera
memerintahkan Zaid bt sabit menulis serta menyebarkannya.

Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan khusyuk setiap kali
sel

epas sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali keluar
masuk rumah atau hendak musafir, InsyaAllah akan terpeliharalah dirinya
dari godaan syaitan, kejahatan manusia, binatang buas yang akan
memudaratkan dirinya bahkan keluarga, anak-anak, harta bendanya juga
akan terpelihara dengan izin Allah s. w. t.

Mengikut keterangan dari kitab"Asraarul Mufidah" sesiapa mengamalkan membacanya
setiap hari sebanyak 18 kali maka akan dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah,
dimurahkan rezekinya, dinaikkan darjatnya dan diberikannya pengaruh sehingga semua
orang akan menghormatinya serta terpelihara ia dari segala bencana dengan izin Allah.
Syeikh Abu Abbas ada menerangkan, siapa yang membacanya sebanyak 50 kali lalu
ditiupkannya pada air hujan kemudian diminumnya, InsyaAllah Allah akan mencerdaskan
akal fikirannya serta Fadhilat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-Hadis Rasullullah
s. a.. w. bersabda bermaksud:

"Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah
hilangkan segala kefakiran di depan matanya."

Sabda baginda lagi;

"Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi Jumaat,
kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya
daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar."

Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara
Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad. Mereka yang beramal
dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan
Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan. Pengamal ayat Kursi juga,
dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri. Ayat
Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki
rumah. Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan
ketika dalam perjalanannya. Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk,
Insya-Allah, boleh menyebabkan syaitan dan jin terbakar. Jika anda
berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu
eloklah anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda
sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah
mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang
Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sembahyang yang
lain. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, tidak
menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa
membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan dia ke atas
rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitarnya. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi diakhir tiap-tiap sembahyang Fardhu, Allah
menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukur perbuatan2 orang yang
benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat. Barang siapa
membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan
70,000 Mala ikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah azza wajalla akan mengendalikan
pengambilan rohnya dan ia adalah seperti orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid.
Barang siapa yang membaca ayat al-Kursi ketika dalam kesempitan nescaya Allah berkenan memberi
pertolongan kepadanya Dari Abdullah bin ' Amr r. a. , Rasullullah s. a. w. bersabda,

" SAMPAIKANLAH PESANKU BIARPUN SATU AYAT...."

BAYI

Wedjangan marang sabdhoning Gusti,
nyiptakake djalmo manungso. Ugo marang asal – usule
sedulor papat, kang momong djalmo manungso.
———————————————————
Sak durunge bumi sutji kuwi ono kang manggoni, Gusti uwes luweh disek, nggawe ukom kanggone djalmo manungso. Bandjor Gusti, ngetokake kuwasane nggawe sukmo, lan udjute rogo, kang dititesake Gusti, ing bumi sutji, naliko wong wadon kuwi mbobot iseh a

nyar – anyaran. Bandjor naliko djabang bayi kuwi umure arep ngantjek sesasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute rupo, marang djabang bayi kuwi, kang artine bongoso. 2. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor rong sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Werno.] 3. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor telong sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Kulet.] 4. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor patang sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Uthek.] 5. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor limang sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Otot. ] 6. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor enem sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Balong.] 7. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor pitong sasi: Gusti ngetokake kuwasane nggawe udjute: Rambot, geteh, lan dageng. Lan iki kang disebot sempurnane Gusti, nyiptakake djalmo manungso, deneng udjute djabang bayi kuwi uwes sempurno. Amergo kuwi, kanggone djalmo manungso kang uwes luweh disek teko ing bumi mulyo iki, kang Gusti suwon: Mator nuwono, marang Gusti kang moho kuwoso, deneng udjute djabang bayi, kang ditjiptakake Gusti ing bumi sutji kuwi, uwes sempurno. Lan sirnakake bebayan kanggone djabang bayi kuwi, supoyo yen djabang bayi kuwi utjol soko bumi sutji, ora nandang kasengsaran, amergo sengkalane setan.

Bandjor dusono bopo lan biyunge djabang bayi kuwi, karo dungo keslametan: 8. Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor wolong sasi: Gusti ngetokake kuwasane, nggawe asal – usule sedulor papat ugo artine sedulor papat:

1. Geteh puteh. artine: [ welas asih ]
2. Bungkos. artine: [ kang nggawe kekuatan ]
3. Ari – ari. artine: [ kang ndjogo sukmo ]
4. Geteh abang. artine: [kang nglawan bebayan]

Bandjor sak teruse, Gusti ngetokake kuwasane nggawe, djenenge sedulor papat kang sedjati. Kang manggon ono ing ragane djabang bayi, kang udjute koyo mengkene:

1. Djoborolo. manggon ono ing [ kulite djabang bayi ]
2. Mokoholo. manggon ono ing [ balunge djabang bayi ]
3. Hosoropolo. manggon ono ing [ nyawane djabang bayi ]
4. Hodjorolo. manggon ono ing [ daginge djabang bayi ]
Bandjor naliko umure djabang bayi kuwi, arep ngantjek umor sangang sasi: Gusti ngetokake kuwasane, nggawe roso kanggone djabang bayi kuwi, kang udjute koyo mengkene:

1. Budi. ing ndjerone budi ono, [ pikiran.]
2. Roso. ing ndjerone roso ono, [ sukmo.]
3. Pikiran. ing ndjerone pikiran ono, [ roso.]
4. Kahuripan. ing ndjerone kahuripan ono, [ Ingsoen.]

Jo Ingsoen sedjatine manungso, kang ditjiptakake Gusti, kang moho sutji, kang nggowo kasempurnane Gusti: Moho kuwoso Gusti, engkang pareng kasempurnane djabang bayi, ing bumi mulyo meniko, sangkeng kuwoso pandjenengan. Bandjor utjol sabdhoning Gusti kanggone Ingsoen, ninggalake bumi sutji. Utjol soko dalan kang tjilek, bebarengan sempurno marang udjute sedulor papat kang moho sutji: Duh Gusti kang moho sutji, kok kados makaten bumi mulyo puniko. Kabeh mahu uwes sempurno marang opo kang tinitah Gusti, kanggone djalmo manungso. Lan siro, djalmo manungso ora perlu wedi, marang kahuripan ing bumi mulyo iki. Awet kahuripan siro ing bumi mulyo kene ora idjen ketjobo nggowo kuwasane Gusti. Ugo siro ditunggu sedulor papat kang asmone, Djoborolo, Mokoholo, Hosoropolo, Hodjorolo, rino klawan wengi kang dadi utusane Gusti. Amergo kuwi ngelingono marang sabdhoning Hosoropolo, kang diutos Gusti pareng warto kanggone siro bongoso Djowo. Supoyo siro biso mangerteni, lan ngelingi marang dino kang dadi pengapesane siro, sak mbendinane, ing dino kemis mbengi lan minggu mbengi. Awet ing dino kuwi, sengkalane siro teko, soko smoro bumi, kang ndadegake, kahuripane siro ing bebayan, yen siro nglalekake marang udjute abang lan puteh. Amergo kuwi, ngelingono marang udjute siro, supoyo siro biso nduweni kasempurnan marang kahuripane siro kang ditunggu sedulor papat ing bumi mulyo iki.

manusia

MENUNGSO!!!

Rogo———–sukmo———–nyowo————kang gawe urip————-asaling urip

Coro hindu /siwa budho

Sthula sarira—–sukma sarira——atma———purusha———–brahman

Dadi lek diurut teko mburi teko asaling urip ( iki ora duwe sifat opo wae mulo diarani tan keno kinoyo ngopo) iku malih kenggonan karep mulo sak banjure kagungan sifat: moho agung, suci, welasasih lan liyo liyane mulo soko sifate iku lah metu perb

awane cahya yo arane cahyaning urip teko cahyo iku mau mencar dewe 2 sifat cahyo kang luweh cilik disebut nyowo( jowo) /atma( hindu) karono nyowo iku mau asifat cahyo mulo sifat jatine yo podo karo asale mau ( cahyaning urip) mulo yo kadunungan sifat : waskitho, wening, semunar, eling, suci, lan langgeng , datan marentah lan datan pinarentah mandeg manggon opo anane datan owah datan gingsir

Nah nyowo iku mau sak banjure kagubel marang ujute karep mulo teko kene malih sifate seng mau padang waskitho maleh bisa peteng lan ngrasake loro popo soko jalan perbawane karep yo malihe sifat nyowo seng koyo mangkene iki mau disebut sukmo ……………dadi bedane

Nyowo = suci. Langgeng ,waskitho ,eling ora duwe karep ………dll

Sukmo = molah malih iso peteng iso padang , iso ngrasake lakon kabeh, biso ngrasake tresno sebel sak liyane

Terus sukmo kegubel dening rogo la ing rogo ikilah saranane nyowo /atma iku mau mbabar pakartine lakon …. nanging sakjerone lumebu marang rogo iku mau dibarengi marang ujute sukmo mula tambah abot maneh sanggane nyowo gen biso neglingi sejatine

Rogo asal teko limo prakoro : banyu ,bumi, geni,angin lan akoso .

Dibarengi maneh 4 prakoro : sir budhi cito roso

Di leboni maneh ujute mobah lawan mosik ( tanpo iki rogo sampurno ujute koyo opo yo ora ono paedahe pdo karo ragane wong turu najan to ditawane kembang melathi sak bakul yo mung meneng wae )

Terus pinaringan asmo ……… minongko sesebutane ………… nah iku mau jangkep bleger urip ujut manungso biso diarani si A si B lan liya-liyane…